image1 image2 image3

HELLO I'M JOHN DOE|WELCOME TO MY PERSONAL BLOG|I LOVE TO DO CREATIVE THINGS|I'M PROFESSIONAL WEB DEVELOPER

Masalah untuk belajar??



Dunia pesantren adalah dunia yang penuh kemandirian. Dunia pesantren adalah dunia lika-liku perjalanan menuju kemampuan nalar dalam menangkap realitas hidup. Dunia yang jauh dari pantauan orang tua, jauh dari sentuhan kasih sayang orang tua. Tapi, jangan di salah tafsirkan dengan dunia yang jarang mendapatkan kasih sayang mereka. Kasih sayang mereka justru lebih mampu di rasakan dengan wujud keberadaan kita dalam dunia pesantren ini.
Dunia pesantren bukan dunia yang tanpa gejolak. Justru, kadang di pesantrenlah kita sering mendapatkan berbagai gejolak. Masalah, ya, lewat masalah kadang kita para santri belajar. Belajar dari masalah bukan hal yang mudah. Tapi belajar dari masalah mampu memecahkan kekerasan otak kita dan nalar dalam merajut kemandirian. Siapa sangka kehidupan pesantren penuh dengan gemerlap kebahagiaan, syarat dengan ketenangan? Justru terkadang kebahagiaan dan ketenangan terusik dengan adanya masalah yang berasal dari dalam pesantren sendiri (Intern Problem). Berjubel-jubel masalah datang menghampiri santri dalam proses belajarnya. Dari mulai masalah bersosialisasi dengan sesama teman, kecemburuan sosial, ghoshob, kehilangan sampai masalah keungan yang telat datang. Masalah-masalah seperti diatas sungguh mampu mempengaruhi proses belajar para santri. Ada pameo yang mengatakan, “masalah jangan di cari-cari, jika ada masalah jangan lari, tapi hadapi”. Ya, dengan menghadapi masalah yang ada kita mampu belajar. Hingga tahap yang paling kritis pun. Karena dengan adanya masalah membuat para santri kuat. Kuat dalam bertahan menghadapi terpaan-terpaan angin dari efek masalah yang ada.
Inilah salah satu nilai positif dari pesantren. Lewat masalah yang ada dalam pesantren yang menghinggapi para santri membuat para santri hidup dalam kemandirian. Yang dengan kemandirian hidup yang berawal dalam pesantren, di harapkan para alumni pesantren mampu menjadi seorang yang mandiri pula dalam kehidupan bermasyrakat kelak. Mampu lebih arif dan bijak dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat. Karena kehidupan dalam pesantren yang telah di laluinya sudah begitu syarat dengan latihan-latihan penyelesaian masalah. Hal ini juga mampu sebagai penghapus doktrin-doktrin negatif tentang pesantren yang berkembang dalam masyarakat. Mereka para orang tua merasa enggan memasukkan anaknya dalam pesantren karena pesantren di nilai tidak mampu menjawab tantangan globalisasi, kurang mendukung dalam tanggapan masa depan di dunia kerja. Justru sebaliknya, pendidikan pesantren dengan secara otomatis akan membangun pelajarnya dengan sikap dan mental yang mandiri. Membuka lapangan kerja, meski dengan awal yang sulit, mereka akan mampu. Karena hidup mereka yang sering prihatin dalam pesantren.
Maka, dengan ini perlu adanya kebijakan dalam menilai dan memandang perihal kehidupan para santri. Karena kehidupan santri yang masih dalam proses menuju kedewasaan ini penuh dengan masalah. Lalu, bagaiman dengan santri  yang tak sadar dengan masalah? Bahkan cenderung membuat masalah? Oh, my God. Mungkin mereka juga masih dalam proses. Proses menuju tangga kepekaan terhadap masalah. Jadi, mereka itu lambat sekali dalam perjalanan pencarian jati diri. Ah, entahlah. Riski.

Share this:

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar